Virus Perikanan

Selain Predator penyakit yang menyerang ikan dapat menyebabkan kerugian besar dalam budidaya. hampir seluruh virus yang menyerang ikan budidaya di dunia belum bisa diobati...
berikut beberapa jenis virus yang biasa menyerang ikan dan udang

1. KHV (CyHV3)/ Koi Herpes Virus

Koi Herpes virus (KHV) yang menyerang ikan mas dan koi pertama kali ditemukan di Israel tahun 1997 (Doyle, 2003), kemudian Amerika Serikat dan beberapa Negara Eropa diantaranya Inggris, Denmark , Belanda.  Di Asia, KHV menyerang ikan mas dan koi  pada tahun 2002 di Indonesia, awal tahun 2003 di Taiwan dan terakhir di Jepang akhir tahun 2003 (Haenen, 2003).

Di Indonesia,  Koi Herpes Virus menyerang ikan mas dan koi pertama kali di Blitar pada bulan Maret 2002 , terus menyebar ke Jawa barat pada bulan April 2002,   Jawa Tengah dan Bali .  Pada bulan Februari 2003, penyakit ini menyebar ke  Pulau Sumatera.  (Sunarto  et al, 2002).

MENYERANG : ikan Mas, Koi 

GEJALA :

Gerakannya tidak terkontrol, Megap-megap/ kekurangan oksigen, Nafsu makan menurun, Kulit melepuh, Insang geripis pada ujung Lamella kemudian membusuk, Terjadi kematian massal dalam 1-5 hari.


PENYEBARAN : Virus ini menular secara horizontal dari satu ikan ke ikan lainnya (bukan melalui keturunan). Uniknya, virus ini hanya menyerang ikan mas (Cyprinus carpio) dan tidak membahayakan ikan lainnya. Virus ini bisa hidup bebas di air tawar selama kurang lebih 20 jam, bahkan di dalam lumpur kolam virus ini bisa bertahan hidup lebih dari 24jam.
Oleh karena itu virus ini mudah sekali menular dari ikan hidup maupun mati yang terinfeksi oleh KHV.  Demikian juga dengan kolam ikan bekas inveksi KHV akan sangat berbahaya dan mudah menularkan ke kolam lainnya, baik melalui air buangan kolam, lumpur dasar sisa kolam, maupun air dalam kolam itu sendiri.



PENANGGULANGAN :

Grading, karantina, musnahkan, tidak ada obatnya


2. WSSV (White Spot Syndrome Virus)

Sindrom titik putih (White Spot) pertama kali muncul di Provinsi Fujian Cina pada tahun 1992. Itu segera setelah dilaporkan di Taiwan dan Jepang dan sejak itu menjadi bencana di seluruh wilayah budidaya udang di Asia dan Amerika. Ini adalah penyakit yang paling merusak budidaya udang dengan dampak sosial dan ekonomi lebih dari 15 tahun.


WSSV menyerang sistem organ dari krustasea yang menyebabkan bercak putih pada permukaan eksternal udang hingga  menyebabkan kerugian berupa kematian yang tinggi (mortalitas) mencapai 100%.  Udang yang terserang penyakit ini dalam waktu singkat udang dapat mengalami kematian yang sangat tinggi.  WSSV merupakan virus yang disebabkan oleh virus SEMBV dan termasuk golongan virus berbahan genetik DNA (Dioxyribonucleic Acid) berbentuk batang (Bacilliform).  Awal dari terjangkitnya penyakit ini biasanya didahului oleh fitoplankton yang mati secara massal, air tambak tiba-tiba berubah warna dan kekentalan air tambak meingkat (Yanto, 2006).


MENYERANG : Udang-udangan (keluaarga Krustacea)


 
GEJALA :

Udang yang terinfeksi WSSV akan mengalami perubahan tingkah laku yaitu menurunnya aktivitas berenang, kurangnya keseimbangan dalam berenang, dan tidak terarah.  Selain itu udang lebih sering berenang bergerombol di tepi tambak dan berenang ke permukaan.  Pada fase akut terdapat bercak-bercak putih pada karapas dengan diameter 0.5-3.0 mm tetapi pada induk udang warnanya menjadi merah (Mahardika et al., 2004 dalam Yanto, 2006), dan bercak putih ini pertama kali muncul pada cephalothorak yaitu segmen ke 5 dan ke 6 dari abdominal dan terakhir lalu menyebar ke seluruh kutikula tubuhnya (Wang et al., 1997a dalam Yanto, 2006). 


PENYEBARAN :

Virus ini mudah sekali menyebar baik secara vertikal maupun horizontal, artinya virus ini dapat menular melalui induk ke anak maupun kontak langsung dengan udang sakit, air maupun peralatan bekas pakai.   

Penularan juga dapat melalui hewan pembawa (carrier) seperti : kepiting, rajungan, rebon, jambret, dan udang-udang liar lainnya yang masuk dalam sistem tambak selama ganti air.  Virus ini mudah sekali menyebar ke udang lain melalui proses saling makan (kanibalisme). Udang yang sakit akan dimakan oleh udang yang sehat, sehingga udang yang sehat akan tertular.  WSSV juga dapat menular dari satu tambak ke tambak lain melalui burung.  Udang yang sakit berenang di permukaan lalu dimakan oleh burung, dan sisanya jatuh ke tambak lain.


Penanggulangan :

Grading, karantina, musnahkan, panen awal, tidak ada obatnya

3. TSV (Taura Syndrome Virus)
TSV merupakan virus yang menyerang atau menginfeksi udang vannamei (Litopenaeus vannamei) yang telah diintroduksi di Indonesia.  Serangan TSV pada umumnya terjadi pada umur 14-40 hari setelah penebaran di tambak, dengan tingkat kematian dapat mencapai 95%.  Awalnya, penyakit TSV dikenal sebagai penyakit udang juwana ukuran 0,05-5 g/ekor pada udang vanname (Widayanti, 2005).

apabila penyakit terjadi pada umur 30 hari pertama, berarti infeksi berasal dari induk atau genetik (vertikal), jika lebih dari 60 hari berarti infeksi berasal dari kondisi lingkungan (horizontal). Udang vaname dewasa dapat terinfeksi TSV, namun tingkat mortalitasnya relatif rendah.  Infeksi TSV ada 2 (dua) fase, yaitu fase akut dan kronis.  Pada fase akut inilah udang akan mengalami kematian massal.  Udang yang bertahan hidup dari serangan penyakit TSV, akan mengalami fase kronis.

Menyerang : Udang Vanamei

GEJALA :

Pada fase kronis, udang mampu hidup dan tumbuh relatif normal, namun udang tersebut merupakan pembawa (carrier) TSV yang dapat ditularkan ke udang lain yang sehat.  Pada infe

ksi berat (acute) sering mengakibatkan kematian massal, udang yang mengalami kematian didominasi oleh udang yang sedang atau baru selesai proses pergantian kulit (moulting), saluran pencernaan kosong dan warna tubuh kemerahan. Warna merah yang lebih tegas dapat dilihat pada ekor kipas (telson) (Widayanti, 2005). Sedangkan, udang yang selamat dari fase akut, umumnya akan mampu hidup dan tumbuh normal dengan tanda bercak hitam (melanisasi) yang tidak beraturan di bawah lapisan kutikula.

PENYEBARAN :

Virus ini menyebar dari induk, benur, air, carrier, pakan, pelaku budidaya dan seluruh komponen produksi udang

Penanggulangan :

Grading, karantina, musnahkan, panen awal, tidak ada obatnya


4. VNN (Viral nervous necrosis)

Viral Nervous Necrosis (VNN), adalah jenis virus Nodaviridae yang menyerang ikan kerapu, terutama pada stadia larva dan benih. VNN dapat menyebabkan kematian massal hingga mencapai prevelensi 100% (Johnny et al., 2010; Suratmi dan Ni Luh, 2008).



Viral Nerveus Necrosis (VNN) menjadi masalah utama didalam produksi perikanan laut didunia. Identifikasi virus penyebab VNN ini adalah anggota family
Nodaviridae diperoleh dengan menyelidiki asam nukleat dan protein struktural dari larva virus Pseudocaranx dentex.

Keluarga Nodaviridae terdapat dua jenis yaitu jenis Alphanodavirus dan Betanodavirus, kedua jenis ini sangat ganas dalam menginfeksi ikan. Betanodaviruses (family Nodarideae) adalah agen penyebab serangan viral nerveus necrosis (VNN) pada budidaya ikan laut. Betanodaviruses adalah virus kecil, berbentuk bola, tidak punya kapsid dengan genome yang terdiri atas dua ikatan tunggal.


MENYERANG : Berbagai Jenis Kerapu, Kakap


5. IMNV (Infectious Myonecrosys Virus )

Myo (Infectious myonecrosis virus) yang termasuk kelas picornavirus pertama kali menyerang udang di Brasil pada 2003.  Di Indonesia, myo muncul pertama kali di Situbondo yaitu pada tahun 2006. Setelah itu, myo mewabah di pertambakan Banyuwangi, Lampung, kemudian menyebar ke Bengkulu, Sumatra Utara, Kalimantan, Bali, dan Nusatenggara.  Saat ini, myo hampir menyebar luas ke 2/3 wilayah Indonesia (Anonim, 2009). 


MENYERANG : Udang Vannamei


GEJALA :

Penyakit ini awalnya ditemukan pada udang yang berumur dua bulan. Myo juga menyerang udang muda umur 30 hari setelah penebaran.  Udang yang terkena virus ini memiliki gejala klinis yaitu munculnya warna plaque atau putih kapas pada bagian otot yang terlihat dari samping maupun atas.  Semakin hari semakin jelas, yang selanjutnya terdapat warna kemerahan pada bagian abdomen ruas kelima dan keenam, disertai kematian udang secara bertahap (Yanto, 2006).
PENYEBARAN :
Menurut Yanto (2006), beberapa sebab yang diduga sebagai pemicu munculnya kasus Myo antara lain menurunnya kualitas air dari kondisi optimum, tingginya kandungan plankton dan senyawa beracun.  Selain itu juga disebabkan oleh plankton yang terlalu pekat serta flok yang berlebih
(blooming).


6. Iridovirus

Iridovirus adalah virus hewan yang menginfeksi invertebrata dan vertebrata poikilotermik, seperti ikan, insekta, amfibi, dan reptil (Williams, 1996). Iridovirus merupakan virus DNA untai ganda berbentuk simetri ikosahedral, tidak semuanya beramplop, dan mempunyai diameter 120-300 (Tidona et al., 1998). Virion iridovirus terdiri dari tiga domain konsentris yaitu protein capsid di bagian luar, membran lipid yang mengandung subunit protein di bagian tengah, dan core yang tersusun dari kompleks DNA-protein. Virus ini memiliki 25-75 protein struktural dengan kisaran berat molekul 12.000-150.000 kDa. Secara umum protein capsid iridovirus berukuran sekitar 50 kDa dan merupakan komponen struktural utama yang jumlahnya mencapai 45% dari protein virion total. Ukuran genom iridovirus bervariasi antara 105-212 kbp).



Iridovirus mempunyai strategi replikasi yang melibatkan stadium nuklear dan sitoplasmik, menghasilkan genom komplit dengan duplikasi beberapa gen di ujungnya (terminal redundancy) dan ujung tersebut berbeda diantara partikel virus yang dihasilkan (cyclic permutation). Gen penyandi protein capsid dari beberapa iridovirus vertebrata dan invertebrata telah disekuensing dan coding region nya mempunyai banyak kemiripan.


GEJALA :

Ikan yang terinfeksi iridovirus nampak lemah, nafsu makan menurun, mengalami anemia yang berat, bercak merah (ptechiae) pada insang, pembengkakan limpa, dan ginjal. Menurut Tidona et al. (1998), kerapu malabar yang terinfeksi iridovirus menunjukkan gejala warna insang dan tubuh pucat, hilangnya keseimbangan sehingga ikan diam di dasar jaring apung dan biasanya akan mati dalam waktu satu hari setelah gejala muncul.


PENYEBARAN :

Penyebaran secara vertikal dan horizontal, melaui media air dan kontak langsung


PENANGGULANGAN : Grading, karantina, musnahkan, tidak ada obatnya












Share on Google Plus

0 komentar:

Wellcome to Rockestra

This blog is belong to WeSTPak 42
feel free to read the articles here..
thanks for your visit and come again..
regard
admin