Sebelum anda memproduksi benih
ikan dengan kualitas baik, maka anda
akan terlebih dahulu mengelola induk ikan. Kualitas induk ikan akan
menghasilkan benih ikan yang baik. Selain itu, kuantitas, kualitas dan kontinuitas
produksi benih yang akan lakukan sanga tergantung pada keberhasilan anda dalam mengelola
induk.
Pengelolaan induk bertujuan untuk
mengetahui jumlah induk dan calon induk yang dipelihara untuk memenuhi target
produksi baik secara kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Jumlah induk dan
calon induk yang dipelihara diawali dari penetapan pendapatan yang akan di
dapat target produksi benih yang akan dihasilkan setiap periode tertentu. Untuk
mencapai pendapatan yang telah ditetapkan, dihitung jumlah benih yang harus dihasilkan.
Selanjutnya untuk mendapatkan jumlah benih ikan sesuai dengan target dibutuhkan
di tetapkan frekuensi pemijahan induk setiap periode sehingga akan didapat
jumlah induk yang akan dipelihara.
Seleksi Induk
Dengan melakukan seleksi induk yang benar akan
diperoleh induk yang sesuai dengan kebutuhan sehingga produktivitas usaha
budidaya ikan optimal. Seleksi induk ikan budidaya dapat dilakukan secara mudah
dengan memperhatikan karakter fenotipenya atau dengan melakukan program
breeding untuk meningkatkan nilai pemuliabiakan ikan budidaya.
Induk
ikan yang unggul akan menghasilkan benih ikan yang unggul. Hal-hal yang sangat
penting untuk diperhatikan oleh para pembudidaya ikan dalam melakukan seleksi
induk agar tidak terjadi penurunan mutu induk antara lain adalah :
1) Mengetahui asal
usul induk
2) Melakukan
pencatatan data tentang umur induk, masa reproduksi dan waktu pertama kali
dilakukan pemijahan sampai usia produktif.
3) Melakukan seleksi
induk berdasarkan kaidah genetik
4) Melakukan
pemeliharaan calon induk sesuai dengan proses budidaya sehingga kebutuhan
nutrisi induk terpenuhi.
5) Mengurangi
kemungkinan perkawinan sedarah
Untuk meningkatkan mutu induk yang akan
digunakan dalam proses budidaya maka induk yang akan digunakan harus dilakukan
seleksi. Seleksi ikan bertujuan untuk memperbaiki genetik dari induk ikan yang
akan digunakan. Oleh karena itu dengan melakukan seleksi ikan yang benar akan
dapat memperbaiki genetik ikan tersebut sehingga dapat melakukan pemuliaan
ikan. Tujuan dari pemuliaan ikan ini adalah menghasilkan benih yang unggul
dimana benih yang unggul tersebut diperoleh dari induk ikan hasil seleksi agar
dapat meningkatkan produktivitas.
Metode Pemijahan
Untuk mendapatkan induk ikan yang unggul
dilakukan program seleksi dengan menerapkan beberapa program pengembangbiakan
antara lain dengan kegiatan selective breeding, hibridisasi/outbreeding/
crossbreeding, inbreeding, monoseks/seks reversal atau kombinasi beberapa
program breeding. Dalam modul ini akan dibahas semua program breeding tersebut
sehingga dalam budidaya ikan akan diperoleh hasil baik induk dan benih yang
unggul. Induk yang unggul akan menghasilkan benih yang unggul sehingga dengan
memelihara
benih unggul proses budidaya akan menguntungkan
dengan melihat laju pertumbuhan ikan yang optimal sehingga produktivitas
budidaya ikan akan meningkat.
1. Selective Breeding/ Pemijahan
Seleksi
Selective breeding adalah suatu program
breeding yang mencoba untuk memperbaiki nilai pemuliabiakkan (breeding value)
dari suatu populasi dengan melakukan seleksi dan perkawinan hanya pada
ikan-ikan yang terbaik. Hasil yang diperoleh adalah induk ikan yang terseleksi
dan mempunyai karakteristik lebih baik dari populasi sebelumnya. Outbreeding adalah perkawinan antara
individu-individu yang tidak sekerabat (berbeda induknya), masih dalam satu
varietas atau beda varietas. Inbreeding
adalah perkawinan antara individu-individu yang sekerabat yaitu berasal dari
jantan dan betina yang sama. Inbreeding
menghasilkan kehomozigotan yang akan melemahkan individuindividunya terhadap
perubahan lingkungan. Hibridisasi
pengertiannya hampir sama dengan outbreeding. Sedangkan monoseks atau seks
reversal adalah suatu teknologi yang membalikkan arah perkembangan kelamin
menjadi berlawanan. Cara ini dapat dilakukan pada saat ikan belum berdiferensiasi
secara jelas menjadi jantan atau betina tanpa merubah genotipenya.
Selectif breeding menurut Tave (1995) dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu :
a) Seleksi individu/massa
b) Seleksi famili
Pada
ikan teknik seleksi dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu seleksi
massa/individu dan seleksi famili. Seleksi induk secara individu ini disebut
juga dengan seleksi massa. Seleksi massa/individu adalah seleksi yang dilakukan
dengan memilih individuindividu dengan performan terbaik. Seleksi ini merupakan
teknik seleksi yang paling sederhana dengan biaya lebih murah dibandingkan
seleksi lainnya. Hal ini dikarenakan pada seleksi individu hanya memerlukan
fasilitas dan peralatan sedikit (kolam, jaring, hapa dan lainlain), pencatatan
data lebih singkat sehingga akan lebih mudah dilakukan. Seleksi individu dapat
diterapkan pada ikan nila jika nilai heritabilitas ikan nila ini lebih besar
dari 0,25, waktu pemijahan harus bersamaan dan culling top 5 – 10%.
Manfaat Selective Breeding
Program selective breeding di lakukan untuk
memperbaiki karakter fenotipe terutama laju pertumbuhan. Laju pertumbuhan yang
tinggi pada populasi ikan budidaya akan meningkatkan produksi ikan yang
dibudidayakan dan biasanya berkaitan dengan peningkatan dalam produksi pakan
bila ikan yang dibudidayakan mengkonsumsi pakan buatan. Dengan produktivitas
yang tinggi dalam budidaya ikan maka pendapatan para pembudidaya ikan akan
meningkat. Dengan melakukan seleksi ikan berdasarkan selective breeding ini
akan diperoleh individu ikan yang mempunyai karakter fenotipe terbaik sehingga
dapat meningkatkan laju pertumbuhan pada saat dibudidayakan.
Teknik Seleksi Individu dan Seleksi Famili
Prosedur yang harus dilakukan bagi para
pembudidaya yang akan melakukan seleksi individu dengan strategi memilih
individu yang terbaik dalam suatu populasi adalah sebagai berikut :
a) Dalam suatu usaha budidaya ikan jika akan
melakukan program seleksi individu minimal harus mempunyai 25 pasang induk
yaitu 25 ekor induk jantan dan 25 ekor induk betina.
b)
Melakukan pemijahan ikan dan mengamati pertumbuhan ikan dari setiap pasangan.
Misalnya dari pemijahan satu pasang induk ikan diperoleh benih ikan sebanyak
200 – 300 ekor, maka harus selalu dilakukan pemantauan pertumbuhan benih ikan
tersebut.
c) Membuat kurva pertumbuhan dari data
pertumbuhan benih ikan dan lakukan pemanenan pada individu yang terbaik
sebanyak 5– 10% dari ukuran populasi yang tertinggi nilai pertumbuhannya.
d) Benih ikan yang terpilih pada tahap ketiga
tersebut dipelihara secara terpisah sebagai calon induk yang akan digunakan
untuk proses pemijahan selanjutnya. Menurut Tave (1995) dalam program seleksi
individu akan diperoleh induk yang unggul dengan melakukan perkawinan pada
populasi terpilih sebanyak empat generasi.
e) Dari calon induk yang dipelihara pada tahap
keempat akan diperoleh induk ikan yang dapat digunakan untuk proses pemijahan
selanjutnya , dan akan diperoleh larva dan benih ikan. Kemudian proses
selanjutnya dilakukan pemeliharaan sampai diperoleh kurva pertumbuhan dan
lakukan pemilihan dari populasi individu sebanyak 5 – 10% dari populasi yang
terbaik yang mempunyai ukuran tertinggi. Lakukan kegiatan tersebut sampai empat
generasi dan akan diperoleh calon induk yang telah terseleksi secara individu
Contoh seleksi calon induk pada ikan meliputi
beberapa kriteria yaitu :
a) Tingkat pertumbuhan ikan, calon induk
mempunyai tingkat pertumbuhan yang paling cepat diantara kelompok ikan.
b) Warna ikan nila yang masih mempunyai tingkat
kemurnian yang baik dapat di identifikasi dengan adanya warna garis hitam tegas
dan jelas terletak secara horisontal di bagian tubuh ikan.
c) Bentuk badan melebar, mata relatif besar,
dan sisik teratur.
d)
Konversi pakannya baik, yang dapat di identifikasikan dengan pertumbuhan bobot
badan 70 % dari jumlah pakan yang
diberikan 3 - 5 % perhari dari bobot ikan.
e) Waktu matang gonad induk berumur
7 - 8 bulan, dengan berat badan
rata-rata 300 gram per ekor untuk jantan dan 250 - 300 gram per ekor untuk
betina.
f) Produktifitas dalam menghasilkan telur cukup tinggi (induk dengan
panjang badan 6 cm dapat menghasilkan 200 telur, sedang induk yang panjang
badannya 20 cm menghasilkan 1500 butir telur).
Prosedur yang dapat dilakukan oleh para
pembudidaya ikan yang akan melakukan seleksi famili adalah sebagai berikut :
a) Menyiapkan ikan yang akan dipijahkan dari
beberapa famili yang dimiliki, minimal jumlah famili yang harus dikumpulkan
adalah 30 famili. Pada ikan nila dimana pemijahan dapat dilakukan dengan
perbandingan jantan dan betina adalah 1 : 4 maka dalam perkawinan 8 jantan akan
diperoleh famili sebanyak 32 yaitu 1 jantan dapat membuahi 4 betina sehingga
satu jantan dapat membuat famili halfsib dan full sib sebanyak 32 famili
fullsib dan 8 famili haflsib karena dari satu jantan akan dihasilkan empat
keluarga fullsib maka 8 jantan akan ada 32 famili fullsib atau 8 famili
halfsib.
b) Melakukan pemijahan untuk ke 32 famili
tersebut dan lakukan pengamatan intensif dan cermat setiap hari untuk mengamati pasangan-pasangan
ikan yang sudah memijah.
c) Melakukan pemeliharaan larva ikan pada
setiap famili pada hapa yang terpisah dengan memberikan pakan dan pengelolaan
kualitas air sesuai prosedur.
d) Melakukan pemeliharaan benih ikan pada
setiap famili pada waring yang terpisah, hitung jumlah benih yang dihasilkan
dari setiap famili. Pada ikan nila misalnya satu ekor induk betina menghasilkan
2000 – 3000 ekor. Pendederan dilakukan pada padat penbaran yang rendah untuk
setiap famili pada kolam pendederan minimal 2 bulan.
e) Menghitung jumlah ikan yang diperoleh dari
hasil pendederan dan lakukan pengukuran berat dan panjang tubuhnya sebanyak 30%
dari jumlah populasi setiap famili,misalnya dalam satu famili ada 2000 ekor
maka jumlah sampel yang dihitung adalah 600 ekor.
f) Melakukan pemilhan ukuran dari seluruh
populasi dan ambil individu dari setiap famili yang mempunyai pertumbuhan yang
terbaik, kurang lebih 8 minggu kemudian tentukan 50% dari populasi yang terbaik
pertumbuhannya untuk dipelihara lebih lanjut menjadi calon induk dan sisanya
dijual.
g) Melakukan pemeliharaan pada kolam pembesaran
ikan sampai ikanikan pada setiap famili berukuran induk dan lakukan pengukuran
satu persatu pada setiap famili dan pilih sebanyak 20-30 ekor betina terbesar
dan jantan terbesar sebanyak 10-20 ekor dari setiap famili.
h) Sisanya dibuang atau dijual sebagai ikan
ukuran besar dan induk yang terpilih dapat dilakukan untuk seleksi induk
selanjutnya dengan melakukan pemijahan massal. Pada beberapa spesies ikan
sangat berbeda untuk diperoleh induk unggulnya. Pada jenis ikan nila wanayasa
dapat diperoleh induk yang terseleksi secara famili dengan melakukan pemijahan
ikan yang terpilih pada generasi ke tiga,.
2. Outbreeding/ Hibridasi/ Cross
Breeding
Outbreeding adalah perkawinan antara individu-individu
yang tidak sekerabat (berbeda induknya), masih dalam satu varietas atau beda
varietas. Outbreeding ini akan
menghasilkan heterozigositas yang akan menguatkan individu-individunya terhadap
perubahan lingkungan yang biasa disebut juga mempunyai fitnes yang tinggi. Individu yang mempunyai heterosigositas yang
tinggi maka akan mempunyai fitness yang
tinggi pula. Oleh karena itu untuk memperoleh induk ikan yang mempunyai
kemampuan hidup yang tinggi sebaiknya dalam proses budidaya harus dilakukan
perkawinan yang terseleksi.
Sedangkan
crossbreeding atau hibridisasi merupakan program persilangan yang dapat
diaplikasikan pada ikan, udang, kerangkerangan maupun rumput laut. Hasil dari
program ini dapat menghasilkan individu-individu yang unggul, kadang-kadang ada
juga yang steril dan dapat menghasilkan strain baru (Rustidja, 2005).
Hibridisasi akan mudah dilakukan apabila dapat dilakukan reproduksi buatan seperti
halnya ikan mas dan ikan nila, dimana dapat dilakukan striping telur dan
sperma. Selain itu ada defenisi lain dari hibridisasi yang sebenarnya tidak
jauh berbeda. Hibridisasi adalah perkawinan antara spesies yang berbeda.
Hibridisasi atau persilangan merupakan suatu upaya untuk mendapatkan kombinasi
antara populasi yang berbeda untuk menghasilkan keturunan yang memiliki sifat
unggul.
Manfaat Outbreeding/Hibridisasi/Crossbreeding
Pada
umumnya jenis-jenis ikan hias yang dihasilkan oleh para pembudidaya ikan banyak
yang diperoleh dari hasil persilangan. Salah satu pendekatan yang dapat
digunakan dalam produksi benih ikan hias baru-baru ini dari suatu populasi yakni persilangan antar varitas atau strain (hibridisasi
intervaritas) yang memiliki tampilan morfologi dari spesies yang sama.
Hibridisasi
merupakan metode yang digunakan dalam upaya memperoleh ikan keturunan
baru. Hasil perlakuan hibridisasi tidak
hanya dilihat dari tampilan morfologi namun harus dilakukan pula pengukuran
morfometrik dan meristik karena data yang diperoleh merupakan refleksi dari
kekuatan penurunan karakter dari sumber
gamet
disamping kondisi lingkungan terjadi pada saat pembelahan sel mulai bekerja.
Pengertian
tentang persilangan ikan ini ada berbagai pendapat misalnya crossbreeding
merupakan persilangan juga tetapi bukan persilangan seperti hibridisasi,
melainkan persilangan balik. Jenis ikan konsumsi yang merupakan hasil
persilangan balik adalah lele sangkuriang yang telah direlease oleh Menteri
Perikanan dan Kelautan pada tahun 2004. Jenis ikan ini merupakan hasil
persilangan balik antara ikan lele generasi ke dua dengan ikan lele generasi ke
enam yang telah dibuat oleh Balai Besar Pengembangan Budidaa Air Tawar,
Sukabumi
3. Sex reversal
Seks reversal (monosex) adalah suatu
teknologi yang membalikan arah perkembangan kelamin menjadi berlawanan. Cara
ini dilakukan pada waktu menetas gonad ikan belum berdiferensiasi secara jelas
menjadi jantan atau betina tanpa merubah genotipenya.
Tujuan dari penerapan sek reversal
adalah menghasilkan populasi monoseks (tunggal kelamin), yang sangat bermanfaat
dalam :
a) Mendapatkan ikan dengan
pertumbuhan yang cepat
b) Mencegah pemijahan liar
c) Mendapatkan penampilan yang baik
d) Menunjang genetika ikan yaitu
teknik pemurnian ras ikan
Teknik Seks Reversal
Teknologi seks reversal dapat
dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu :
a) Terapi hormon yaitu dengan
menggunakan hormon steroid
b) Rekayasa kromosom
Teknologi seks reversal dengan
rekayasa kromosom telah dipelajari sebelumnya pada bab ini akan dibahas
teknologi seks reversal dengan menggunakan terapi hormon. Cara pemberian hormon dalam teknologi seks
reversal dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain adalah :
Oral
Metode oral adalah metode pemberian
hormon melalui mulut yang dapat dilakukan dengan pemberian pakan alami maupun
pakan butan. Pada pakan buatan, hormon dilarutkan dalam pelarut polar seperti
alkohol. Cara yang dilakukan adalah dengan
mencampur hormon 17 α metyltestoesteron secara merata dengan pakan dengan dosis
disesuaikan jenis ikan yang akan diaplikasikan. Pemberian hormon pada pakan alami dapat dilakukan dengan
teknik bioenkapsulasi.
Selanjutnya Anonim, (2001),
mengatakan bahwa berdasarkan penelitian sampai saat ini teknik penghormonan
melalui oral paling banyak digunakan para pembudidaya ikan karena hasil yang
diperoleh lebih dari 95 sampai 100% bila dibandingkan dengan perendaman yang
menghasilkan 70 – 80%. Dengan pencampuran hormon pada pakan juga sangat efisien
dalam pemakaian dosis hormon dan kemudahan memperoleh pakan ikan. Sedangkan
kelemahan metoda oral ini adalah pada awal pemberian pakan, larva perlu
menyesuaikan jenis pakan buatan sehingga apabila pakan tidak segera dimakan
maka kemungkinan besar hormon akan tercuci ke dalam media budidaya.
Prinsip kerja pencampuran hormon
pada pakan yakni hormon dilarutkan dan diencerkan dalam alkohol. Kemudian
larutan hormon dicampurkan dengan pakan buatan berupa pellet serbuk dengan cara
menyemprotkan larutan hormon secara merata kepermukaan pakan dengan menggunakan
sprayer. Setelah tercampur dengan merata, pakan dibiarkan di udara terbuka di
tempat yang tidak terkena sinar matahari (di angin-anginkan) agar alkohol dapat
menguap. Selanjutnya pakan yang telah tercamput hormon dimasukkan ke dalam
wadah tertutup dan di simpan di dalam lemari pendingin .
Perendaman (dipping/bathing)
Metode perendaman (dipping), yaitu
dengan cara merendamkan larva ikan ke dalam larutan air yang mengandung 17 α
metyltestoesteron dengan dosis 1,0 gram/liter air. Metode ini dapat diaplikasikan pada embrio,
dan pada larva ikan yang masih belum mengalami diferensiasi jenis kelamin
(sex), dan lama perendaman tergantung dosis hormon yang diaplikasikan, dimana
semakin banyak dosis hormon maka semakin singkat waktu perendaman dan demikian
juga sebaliknya.
Perendaman yang dilakukan pada fase
embrio dilakukan pada saat fase bintik mata mulai terbentuk, karena dinggap
embrio telah kuat dalam menerima perlakuan. Kelemahan cara ini adalah obat atau
hormon terlau jauh mengenai target gonad, namun lebih hemat pada penggunaan
hormone. Perendaman juga dapat dilakukan
pada umur larva yang telah habis kuning telurnya, karena ada anggapan pada
stadia ini gonad masih berada pada fase labil sehingga mudah dipengaruhi oleh
rangsangan luar. Kelemahannya adalah efektifitas hormone berkurang karena jauh
mengenai target gonad. Larva yang dipergunakan dalam penerapan teknologi sex
reversal ini adalah larva yang berumur
antara 5 – 10 hari setelah menetas atau pada saat tersebut panjang total larva
berkisar antara 9,0 sampai 13 mm , dimana ikan dengan umur serta ukuran seperti
tersebut di atas secara morfologis masih belum mengalami diferensiasi
kelamin.(Anonim, 2001).
Suntikan/implantasi
Perlu diperhatikan bahwa pengubahan
jantanisasi (maskulinisasi) kadang-kadang menunjukkan penyimpangan seperti
ditemukan individu yang memiliki bakal testis dan sekaligus bakal ovari. Selain
itu mungkin saja dijumpai individu yang steril/abnormal karena gonadnya tidak
dapat berkembang. Hal ini biasanya berhubungan dengan kesesuaian dosis yang
diberikan. Menurut Zairin Jr (2002) Secara umum dosis yang terlalu tinggi akan
mendorong sterilitas dan dosis yang terlalu rendah akan mendorong sex reversal
yang tidak sempurna sehingga bakal testis dan ovari dapat dijumpai pada saat
bersamaan.
Prosedur Seks Reversal
Wadah-wadah yang digunakan yang
mendasar adalah wadah pemeliharaan induk dapat berupa kolam semen atau bak-bak
plastik, wadah perlakuan yang berupa akuarium dengan ukuran yang menyesuaikan
dengan kepadatan ikan yang akan diberi perlakuan, dan wadah pemeliharaan larva.
Peralatan yang digunakan pada teknik
sex reversal adalah peralatan lapangan pemeliharaan ikan yang berupa seser,
selang sipon, aerator, selang aerasi, dan batu aerasi. Peralatan yang akan
digunakan sebaiknya disanitasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan
desinfektan atau sabun cuci untuk menghindari ikan yang akan dipelihara dari
hama penyakit yang kemungkinan terbawa pada wadah.
Selain peralatan lapangan, untuk
melakukan teknik sex reversal juga diperlukan peralatan dalam perlakuan melalui
pakan yaitu, baskom yang digunakan sebagai wadah dalam pembuatan ramuan pakan,
sendok kayu digunakan untuk mengaduk dan meratakan larutan hormon, hand sprayer
digunakan untuk menyemprotkan larutan hormon dalam pakan, spuit suntik sebagai
alat untuk mengambil larutan hormon dan botol gelas yang berwarna gelap sebagai
wadah pelarutan hormon dengan alkohol. Sedangkan peralatan yang diperlukan pada
perlakuan melalui rendaman antara lain, baskom plastik sebagai wadah perendaman
induk atau larva, aerator sebagai penyuplai udara, spuit suntik sebagai alat
untuk mengambil larutan hormon dan botol gelas yang berwarna gelap sebagai
wadah pelarutan hormon dengan alcohol.
Bahan-bahan yang harus disediakan
antara lain hormon 17α metiltestosteron atau estradiol 17β sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
sex reversal, alkohol sebagai pelarut hormon, pakan alami atau buatan (bila
melalui metode oral) dan air bersih yang telah diendapkan selama 12 – 24 jam
sebagai media perendaman (bila menggunakan metode dipping)
Pembuatan pakan berhormon
Dalam aplikasi seks reversal dengan
metode oral melalui pemberian pakan berhormon maka dosis hormon yang digunakan
akan sangat spesifik untuk jenis ikan tertentu. Dalam prosedur ini akan dibuat
pakan berhormon untuk jenis ikan nila. Adapun prosedur yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
a) Tangkaplah larva ikan yang akan
diberikan perlakuan dari kolam/bak pemijahan
b) Pilihlah larva yang masih berumur
di bawah 10 hari dengan melihat kriteria yang sesuai dengan ciri-ciri yang
sudah ditentukan.
c) Timbanglah biomassa larva yang
akan diberi perlakuan penghormonan yaitu dengan cara mengambil dan menimbang
beberapa sampel untuk kemudian hasil
penimbangan sampel dibagi dengan jumlah rata-rata larva sampel untuk
mendapatkan berat ratarata larva, selanjutnya hitunglah jumlah populasi
larva, lalu kalikan dengan berat
rata-rata larva untuk mendapatkan berat total larva.
d) Timbanglah pakan yang dibutuhkan
untuk larva sesuai dengan dosis yang sudah ditentukan (Feeding rate 30 – 40%
per bobot biomassa/hari) dikalikan selama 10 hari pemberian pakan.
e) Siapkanlah larutan alkohol dengan
konsentrasi 70% sesuai dengan kebutuhan.
f) Siapkanlah hormon yang akan
digunakan sesuai kebutuhan. Misalnya
jumlah kebutuhan pakan 250 gram, dosis penghormonan 40 mg/kg pakan, maka
timbanglah hormon sebanyak 10 mg.
g) Larutkanlah hormon tadi ke dalam
alkohol tersebut sebanyak 10 ml ( 1mg/ml), lalu simpan dalam botol berwarna
gelap (tidak bening).
h) Campurlah larutan hormon dengan
pakan dengan cara menggunakan hand sprayer disemprotkan secara merata pada
pakan. Untuk menghilangkan alkohol
angin-anginkanlah pakan tersebut sampai bau alkoholnya sudah tidak menyengat
lagi.
i) Simpanlah hormon yang sudah
dianginkan pada kantong plastik yang berwarna gelap dengan ditutup rapat-rapat
baik sebelum maupun sesudah dipakai, atau dapat juga disimpan dalam reprigrator
(+ 4o C) j) Diskusikan secara berkelompok tentang prosedur pembuatan pakan
berhormon
Pembuatan larutan perendaman
Aplikasi seks reversal pada ikan
guppy bertujuan untuk menghasilkan ikan berjenis kelamin jantan. Pada ikan
guppy jenis kelamin jantan mempunyai warna dan bentuk tubuh yang lebih indah
dibandingkan dengan ikan betina. Teknik seks reversal pada ikan guppy dapat
dilakukan dengan dua metode yaitu perendaman induk dan pemberian pakan
berhormon. Pada metode perendaman, dosis yang digunakan adalah 2 mg/l air dan
lama perendaman selama 12 jam sampai 24 jam pada induk ikan yang sedang bunting
dan memberikan hasil 100% jantan. Sedangkan dengan metode pemberian pakan
dengan dosis 400 mg/l dengan lama perlakuan 10 hari hanya menghasilkan 58%
jantan (Zairin, 2002). Adapun prosedur
pembuatan larutan perendaman adalah sebagai berikut :
a) Siapkan alat dan bahan yang akan
diperlukan
b) Buatlah larutan hormon dengan
cara timbang hormon sebanyak 20 mg dan masukkan dalam tabung polietilen dan
tambhakan 0,5 ml larutan alkohol 70%. Tutup dan kocok sampai hormon larut,
kemudian tuangkan hormon ke dalam wadah berisi 10 liter air pemeliharaan , beri
aerasi dan siap untuk digunakan.
c) Pilihlah iduk ikan guppy yang
sedang bunting dengan melihat bentuk tubuhnya dan pilihlah induk yang akan
melahirkan 8 hari kemudian sebanyak 50 ekor. Ikan guppy biasanya mengalami masa
bunting selama 40 hari.
d) Masukkan induk tersebut kedalam
larutan hormon dan rendam selama 24 jam.
e) Pindahkan induk ikan guppy yang
telah direndam ke dalam akuarium dan amati proses kelahiran anak dan hitung
jumlah anak yang dihasilkan
f) peliharalah anak yang dihasilkan
sampai berumur 2-3 bulan dan diidentifikasi jenis kelaminnya secara morfologis
dan histologis.
Inbreeding adalah perkawinan antara
individu-individu yang sekerabat yaitu berasal dari jantan dan betina yang sama
induknya dan pada varietas yang sama. Inbreeding atau silang dalam akan menghasilkan individu
yang homozigositas. Kehomozigotan ini akan melemahkan individu-individunya
terhadap perubahan lingkungan. Homozigositas ini berari hanya ada satu tipe
alel untuk satu atau lebih lokus. Selain
itu silang dalam akan menyebabkan penurunan kelangsungan hidup telur dan larva,
peningkatan frekuensi ketidaknormalan bentuk dan penurunan laju pertumbuhan
ikan.
a) Manfaat Inbreeding
Berdasarkan beberapa parameter
pengukuran dalam menentukan apakah pada suatu populasi telah mengalami tekanan
silang dalam, memperlihatkan bahwa silang dalam memberikan dampak negatif dalam
budidaya ikan. Tetapi dalam program untuk memperoleh individu galur murni hanya
dapat dilakukan dengan menerapkan program breeding ini. Jadi tujuan penerapan
silang dalam (inbreeding) hanya bertujuan untuk memperoleh induk ikan yang mempunyai galur murni, individu
galur murni mempunyai homozigositas yang tinggi. Program breeding ini merupakan
program konvensional dalam memperoleh induk ikan yang galur murni.
b) Metode Inbreeding
Dalam memperoleh induk ikan yang
mempunyai galur murni dapat dilakukan dengan dua metode yaitu :
Closed breeding.
Closed breeding berarti perkawinan
yang tertutup, yang mempunyai arti lain
yaitu melakukan perkawinan yang dekat sekali kaitan kekeluargaannya
misalnya anak dan tetua atau antar saudara sekandung. Perkawinan antara saudara
sekandung atau antara individu-individu yang sefamili akan mengakibatkan
pembagian alel-alel melalui satu atau lebih dari leluhur yang sama. Bila
perkawinan individu ini terjadi maka alel-alel yang mereka dapatkan dari
leluhur yang sama akan diperoleh kembali. Maka hal ini akan mengakibatkan
keturunan yang dihasilkan adalah individu-individu yang homozigot dari satu
atau lebih lokus. Dengan melakukan silang dalam, ferkuensi gen tidak berubah
tetapi homosigositas meningkat.
Line breeding.
Line breeding berarti perkawinan satu
jalur yaitu perkawinan keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan sifat-sifat
tertentu baik yang berasal dari nenek moyang bersama yang jantan maupun betina
terhadap kostitusi genetik pada progeninya. Bentuk line breeding yang sering
dilakukan adalah backcross kepada orangtuanya yang sama untuk beberapa
generasi. Menurut Tave (1986) prosedur linebreeding dapat dilakukan dengan dua
tipe yaitu Mild Linebreeding dan Intense Linebreeding.
5. 5. Ginogenesis
Ginogenesis merupakan salah satu
metode yang dapat dilakukan dalam rekayasa kromosom dan hanya dapat diterapkan
pada ikan budidaya yang mempunyai tingkat domestikasi yang tinggi. Selain itu dengan melakukan rekayasa kromosom
akan diperoleh ikan yang mempunyai kromosom sesuai dengan keinginan manusia.
Salah satu jenis ikan budidaya yang sudah mempunyai tingkat domestikasi yang
tinggi adalah ikan mas. Pada awalnya budidaya ikan mas ini dilakukan secara
tradisional sampai akhirnya dapat dilakukan pemijahan ikan mas secara buatan.
Dengan kemampuan manusia melakukan pemijahan ikan mas secara buatan maka ikan
mas dapat digunakan sebagai komoditas ikan untuk manipulasi kromosom.
Tujuan dan Manfaat Ginogenesis
Adapun tujuan dari kegiatan
Ginogenesis ini antara lain adalah :
a) Untuk mempercepat memperoleh induk
yang hasilnya berupa strain murni dengan homosigositas yang tinggi
b) Untuk memproduksi populasi tunggal
kelamin, karena keturunan yang dihasilkan semuanya betina
c) Membuat populasi klon dalam dua
generasi
d) Mempercepat proses seleksi
e) Mengidentifikasi genotipe jenis
kelamin.
Langkah Langkah Gynogenesis
Radiasi
Radiasi adalah proses untuk
menonaktifkan material sperma yang akan digunakan untuk membuahi telur. Proses
menonaktifkan sperma dapat dilakukan dengan menggunakan sinar gamma, sinar x
dan sinar ultraviolet. Ketiga jenis sinar tersebut dipergunakan karena lebih
murah, mudah didapatkan, efisien dan lebih aman dibanding jenis sinar lainnya.
Sinar ultraviolet (UV) lebih sering
dipergunakan untuk meradiasi sperma dengan tujuan melemahkan material jantan
agar tidak mempengaruhi keturunannya karena di Indonesia relative lebih mudah
untuk mendapatkan peralatannya dibandingkan dengan jenis sinar lainnya. Selain itu pemilihan jenis
sinar ini sangat bergantung pada
faktor yang akan mempengaruhi keberhasilan proses menonaktifkan sperma adalah
kekuatan sinar radiasi, ketebalan sperma, jarak sinar dengan sperma, serta lama
penyinaran.
Perlakuan meradiasi sperma tersebut
tidak mengakibatkan berkurangnya pembuahan telur. Sperma tersebut masih mampu
berfungsi sebagai trigger (pemacu) perkembangan embrio. Dengan perlakuan
radiasi maka aktivitas sperma dalam mempengaruhi ekspresi gen yang berasal dari
sel kromososm sex jantan sudah melemah. Oleh karena itu dengan melakukan
radiasi dalam proses pembuahan tersebut akan menghasilkan individu betina.
Sumber : Buku Teks Bahan Ajar Siswa,
Peket Keahlian : Budidaya Ikan, Teknik Pembenihan Ikan, Kemendikbud RI
Sekian artikel dari saya, semoga berkenan dan
menambah pengetahuan pembaca. Apabila ada kekurangan, kejanggalan ataupun
kesalahan pada artikel ini, harap pembaca menuliskan pendapatnya di kolom
komentar, terimakasih :)
Follow Us
Were this world an endless plain, and by sailing eastward we could for ever reach new distances